- Back to Home »
- About Love »
- Menyesal Menolak Seseorang Karena "Sempit" Melihatnya
Posted by : Baehaqi
Senin, 06 September 2010
Kebanyakan kita, entah kapan, pernah ditolak seseorang karena kita tidak cukup cerdas, tidak cukup jangkung, tidak cukup gagah, tidak cukup tampan, tidak cukup cantik, tidak cukup kaya dan sebagainya.
Dalam hati setiap orang ada kebutuhan untuk merasa dicintai, tanpa harus diperiksa dahulu apakah ia pantas menerimanya.-Maurice Wagner-
Joe agak pemalu ketika masih remaja. Bahkan ketika sudah duduk di perguruan tinggi, ia juga tidak memiliki keberanian mengajak kencan seorang gadis.
Pada suatu malam, Jake yang tinggal di kamar lain di asrama yang sama memberinya tawaran yang tak dapat ditolaknya. Tawaran untuk memperkenalkannya dengan seorang gadis, teman pacar Jake. Kebetulan dia sedang berkunjung untuk liburan akhir pekan.
“Tidak. Terima kasih,” sahut Joe. “Aku tidak mau kencan buta.”
“Jangan khawatir dengan gadis ini,” kata Jake meyakinkan Joe. “Julie gadis istimewa. Dan percayalah ia cantik.”
“Tidak,” ulang Joe.
“Ini bukan situasi yang mungkin gagal. Aku bahkan memberimu jalan keluar,” papar Jake.
“Bagaimana ?” tanya Joe.
“Waktu kita menjemput ke asrama mereka, tunggulah sampai ia keluar dari pintu. Lalu periksalah sendiri. Bila kamu memang menyukainya, maka baguslah. Kita akan menikmati malam yang menyenangkan. Tapi kalau menurutmu ia jelek, berpura-puralah terkena serangan asma. Cukup dengan ‘Aaahhggggg !’ lalu kau pegang tenggorokanmu seolah-olah sulit bernapas. Apabila ia bertanya, ‘Ada apa ?’ katakan saja ‘Asmaku kambuh.’ Jadi kencan itu kita batalkan. Begitu saja. Tidak usah ragu. Tidak akan ada masalah.”
Joe ragu-ragu. Akan tetapi ia setuju untuk mencobanya. Apa ruginya ?
Ketika mereka tiba di pintu asrama para gadis, Joe mengetuk pintu. Maka keluarlah gadis itu. Joe mengamatinya dan tidak dapat mempercayai matanya. Ia cantik sekali. Betapa beruntungnya dia. Ia hampir tidak tahu harus berkata apa. Gadis itu juga mengamati Joe dan tiba-tiba, “Aaahhggggg!” Tampaknya tidak hanya mereka yang telah menyiapkan rencana darurat.
Kebanyakan kita, entah kapan, pernah ditolak oleh seseorang karena kita tidak cukup cerdas, tidak cukup jangkung, tidak cukup gagah, tidak cukup tampan, tidak cukup cantik, dan sebagainya…
Betapa beratnya ketika kita ditolak. Apabila kita menerima seseorang tanpa syarat, kita memberi mereka kebebasan untuk berada di luar diri mereka sendiri. Penerimaan yang tulus memungkinkan kita melihat nilai sesungguhnya seorang manusia.
Seorang wanita muda yang pernah bertunangan dengan Mozart, sebelum ia meraih ketenaran, seharusnya hidup senang, andaikata ia mau menerima Mozart tanpa syarat. Namun karena terkesan oleh pria lain yang lebih tampan, ia menjadi tidak suka kepada musisi ini hanya karena ia pendek. Wanita itu akhirnya memutuskan pertunangan mereka untuk pindah ke pelukan orang yang
jangkung dan menarik.
Ketika dunia mulai mengakui Mozart atas prestasinya yang luar biasa dalam bidang musik, wanita tersebut menyesal dengan keputusannya dahulu. “Aku tidak menyangka bahwa ia sejenius itu. Yang kulihat hanyalah bahwa ia pendek.”
Sikap menerima akan mengkomunikasikan cinta dan nilai. Ini akan memberi orang percaya diri untuk menjadi seperti apa adanya. Sikap menerima juga memungkinkan mereka menjadi siapapun mereka. Sampai mereka menjadi apapun semampu mereka.
Ketika kita mencoba memaksa orang agar mereka menjadi seperti yang kita inginkan, kecenderungan mereka untuk mempertahankan diri, keras kepala, dan sakit hati muncul. Namun, apabila anda memberi mereka peluang menolak perubahan itu, berarti anda juga memberi mereka kebebasan berubah.
Berhentilah menerima orang berdasarkan apa yang dapat, harus atau akan terjadi pada mereka, andaikata mereka mendengarkan Anda. Kita akan terus memandang seseorang melalui kacamata keharusan, kepantasan, tuntutan dan prasangka sampai kita menerima orang lain tanpa syarat.
Eugene Kennedy pernah berkata, “Ketika seseorang menghargai kita apa adanya, ia mempertegas keberadaan kita.”~M.yusuf
Dalam hati setiap orang ada kebutuhan untuk merasa dicintai, tanpa harus diperiksa dahulu apakah ia pantas menerimanya.-Maurice Wagner-
Joe agak pemalu ketika masih remaja. Bahkan ketika sudah duduk di perguruan tinggi, ia juga tidak memiliki keberanian mengajak kencan seorang gadis.
Pada suatu malam, Jake yang tinggal di kamar lain di asrama yang sama memberinya tawaran yang tak dapat ditolaknya. Tawaran untuk memperkenalkannya dengan seorang gadis, teman pacar Jake. Kebetulan dia sedang berkunjung untuk liburan akhir pekan.
“Tidak. Terima kasih,” sahut Joe. “Aku tidak mau kencan buta.”
“Jangan khawatir dengan gadis ini,” kata Jake meyakinkan Joe. “Julie gadis istimewa. Dan percayalah ia cantik.”
“Tidak,” ulang Joe.
“Ini bukan situasi yang mungkin gagal. Aku bahkan memberimu jalan keluar,” papar Jake.
“Bagaimana ?” tanya Joe.
“Waktu kita menjemput ke asrama mereka, tunggulah sampai ia keluar dari pintu. Lalu periksalah sendiri. Bila kamu memang menyukainya, maka baguslah. Kita akan menikmati malam yang menyenangkan. Tapi kalau menurutmu ia jelek, berpura-puralah terkena serangan asma. Cukup dengan ‘Aaahhggggg !’ lalu kau pegang tenggorokanmu seolah-olah sulit bernapas. Apabila ia bertanya, ‘Ada apa ?’ katakan saja ‘Asmaku kambuh.’ Jadi kencan itu kita batalkan. Begitu saja. Tidak usah ragu. Tidak akan ada masalah.”
Joe ragu-ragu. Akan tetapi ia setuju untuk mencobanya. Apa ruginya ?
Ketika mereka tiba di pintu asrama para gadis, Joe mengetuk pintu. Maka keluarlah gadis itu. Joe mengamatinya dan tidak dapat mempercayai matanya. Ia cantik sekali. Betapa beruntungnya dia. Ia hampir tidak tahu harus berkata apa. Gadis itu juga mengamati Joe dan tiba-tiba, “Aaahhggggg!” Tampaknya tidak hanya mereka yang telah menyiapkan rencana darurat.
Kebanyakan kita, entah kapan, pernah ditolak oleh seseorang karena kita tidak cukup cerdas, tidak cukup jangkung, tidak cukup gagah, tidak cukup tampan, tidak cukup cantik, dan sebagainya…
Betapa beratnya ketika kita ditolak. Apabila kita menerima seseorang tanpa syarat, kita memberi mereka kebebasan untuk berada di luar diri mereka sendiri. Penerimaan yang tulus memungkinkan kita melihat nilai sesungguhnya seorang manusia.
Seorang wanita muda yang pernah bertunangan dengan Mozart, sebelum ia meraih ketenaran, seharusnya hidup senang, andaikata ia mau menerima Mozart tanpa syarat. Namun karena terkesan oleh pria lain yang lebih tampan, ia menjadi tidak suka kepada musisi ini hanya karena ia pendek. Wanita itu akhirnya memutuskan pertunangan mereka untuk pindah ke pelukan orang yang
jangkung dan menarik.
Ketika dunia mulai mengakui Mozart atas prestasinya yang luar biasa dalam bidang musik, wanita tersebut menyesal dengan keputusannya dahulu. “Aku tidak menyangka bahwa ia sejenius itu. Yang kulihat hanyalah bahwa ia pendek.”
Sikap menerima akan mengkomunikasikan cinta dan nilai. Ini akan memberi orang percaya diri untuk menjadi seperti apa adanya. Sikap menerima juga memungkinkan mereka menjadi siapapun mereka. Sampai mereka menjadi apapun semampu mereka.
Ketika kita mencoba memaksa orang agar mereka menjadi seperti yang kita inginkan, kecenderungan mereka untuk mempertahankan diri, keras kepala, dan sakit hati muncul. Namun, apabila anda memberi mereka peluang menolak perubahan itu, berarti anda juga memberi mereka kebebasan berubah.
Berhentilah menerima orang berdasarkan apa yang dapat, harus atau akan terjadi pada mereka, andaikata mereka mendengarkan Anda. Kita akan terus memandang seseorang melalui kacamata keharusan, kepantasan, tuntutan dan prasangka sampai kita menerima orang lain tanpa syarat.
Eugene Kennedy pernah berkata, “Ketika seseorang menghargai kita apa adanya, ia mempertegas keberadaan kita.”~M.yusuf
Posting Komentar